Pesan Gus Dur untuk PMII

dok. pribadi/durspasi
GUS Dur menjelma sebagai idola di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), pemikirannya sejalan dengan nilai yang hendak diperjuangkan PMII. Tak heran jika buku-buku Gus Dur menjadi konsumsi utama para kader. Bahkan, di beberapa wilayah, PMII secara rutin menggelar “Sekolah Gus Dur”. Tentu saja hal itu dilakukan sebagai bentuk bahwa PMII memiliki tanggung jawab melanjutkan perjuangan dan pemikiran Gus Dur.

Pada dasarnya, Gus Dur sama sekali bukan bagian dari keluarga besar PMII. Gus Dur bukan salah satu pendiri laiknya Mahbub Djunaidi. Sampai saat ini belum ada data yang menyebut Gus Dur adalah kader PMII. Namun, diakui atau tidak, pengaruh Gus Dur di PMII sangat luar biasa. Di PMII, pemikiran-pemikiran Gus Dur mendapat tempat tersendiri.

Lalu, apakah Gus Dur tidak mengerti tentang PMII? Bagaimana pendapat Gus Dur tentang sepak terjang PMII? Sebagai organisasi yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama (NU), apa harapan Gus Dur kepada PMII? Menarik kita telusuri jawaban dari pertanyaan-pertanyaan konyol tersebut.

Baca juga: PMII, NU dan Desa (Catatan Hari Lahir PMII Ke-57)

Selama ini, yang masih melekat di ingatan kader PMII adalah joke yang dilontarkannya ketika ditanya pendapat perbedaan PMII dan HMI. Ya, bukan Gus Dur namanya jika tidak mampu menjawab setiap pertanyaan dengan guyonannya yang nyentrik. Kata Gus Dur, kalau HMI mampu mengahalalkan segala cara, sedang PMII justru tidak tahu caranya.

Kita tahu betul ketika Gus Dur menjadi nahkoda NU, banyak anak-anak muda NU tampil ke panggung. Saat yang bersamaan pula kiprah kaum santri diperhitungkan di negara ini. Bahkan, jika mau dihitung, tidak sedikit anak-anak PMII yang hari ini menjadi tokoh penting di Indonesia adalah orang-orang dekat Gus Dur. Jika dibahasakan secara vulgar, mereka kecipratan ketokohan Gus Dur. Faktanya memang demikian, Gus Dur punya cara tersendiri dalam mendidik anak-anak muda NU, termasuk anak-anak PMII.

Hal-hal di atas membuat rasa penasaran saya membuncah. Mencari tahu pendapat Gus Dur soal PMII semakin tak terelakkan. Pengembaraan pada lembar-lembar naskah tak berujung pada hasil yang memuaskan. Hendak menjura pada Gus Dur, saya sadar beliau sudah tiada. Tapi saya tidak menyerah, apa pun caranya, saya harus meminta komentar Gus Dur soal PMII.

Baca juga: PMII, Berkhidmat untuk Negeri (Catatan Hari Lahir PMII Ke-56)

Setelah melakukan perenungan, saya menyadari bahwa Gus Dur hanya berpindah tempat, dari alam dunia menuju alam baka. Secara jasad Gus Dur memang telah tiada, tapi tidak dengan yang lainnya. Ya, Gus Dur masih bisa kita jumpai. Menjura secara virtual pada Gus Dur bisa dilakukan oleh siapa saja yang merindukannya, termasuk saya.


Lima Pesan Gus Dur

Pertemuan virtual Gus Dur dengan saya tidak berlangsung lama, saya harus gantian dengan yang lain. Seperti halnya semasa hidup beliau, banyak orang yang antre. Bedanya, di alam baka, tak ada protokol yang mengatur aktivitasnya. Tidak lebih dari tiga menit beliau menjamu saya. Untungnya, pertemuan yang singkat itu saya sempatkan mencatat baik-baik apa yang telah disampaikannya.

Dari pertemuan virtual itu, saya berhasil mencatat lima pesan Gus Dur untuk PMII. Pertama, secara tegas Gus Dur mengatakan; tujuan organisasi itu Li i’la’i Kalimat Allah al-Ulya. Anak-anak PMII harus tahu tujuan mulia ini. Jadi, ber-PMII itu tidak bisa sembarangan dan seenaknya saja. Semua yang dilakukan di PMII kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan.

Kedua, meski PMII hari ini adalah organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia, kader PMII tidak boleh jumawa. Perlu diketahui, kita atau PMII adalah salah satu bagian dari sebuah bangsa. Karenanya, jangan sampai kader-kader PMII merasa sok paling hebat dari yang lain.

Baca juga: Indahnya ber-PMII

Ketiga, ke depan, tugas PMII semakin berat. Zaman berubah dengan begitu cepat. PMII harus siap dengan perubahan yang ada. Jika tidak, PMII akan ditelan zaman. Setiap generasi memiliki zamannya sendiri. PMII harus beranjak dari romantisme sejarah. Capaian para pendahulu bukan untuk diceritakan, tapi untuk dilanjutkan.

Keempat, dalam bergerak, PMII harus kedepankan kemaslahatan umum. Ambisi-ambisi pribadi di tubuh PMII jangan dibiarkan tumbuh subur. Semua kader PMII harus tahu bahwa ambisi pribadi adalah urusan kecil yang tidak penting diperjuangkan. Tugas PMII itu mengawal cita-cita kemerdekaan, kepentingan bangsa harus diutamakan.

Kelima, PMII itu organisasi yang dekat dengan kekuasaan, rentan terjadinya gesekan. Karenanya, jangan sampai kader PMII menganggap jalur politik itu satu-satunya medan perjuangan. Ada banyak cara berjuang, bisa melalui jalur kultural, sosial, ekonomi dan lain-lain. PMII harus mewarnai negeri ini dengan menempatkan kader-kadernya di semua jalur perjuangan.


Itulah kira-kira pesan Gus Dur yang bisa saya tangkap. Saya rasa tidak salah dan ada baiknya lima pesan tersebut dijadikan refleksi PMII yang hari ini (17 April 2018) merayakan hari lahir ke-58.

Selamat hari lahir yang ke-58, PMII. []


---Penulis bisa disapa di durspasi

No comments:

Powered by Blogger.