Merawat Akal Sehat

durspasi
KITA perlu membedakan setiap pernyataan yang keluar dari seseorang. Lebih-lebih persoalan politik yang kian memanas. Artinya, jangan langsung menghakimi pendapat seseorang. Apalagi, karena kita berada di barisan A, B, atau C.

Kita perlu tahu terlebih dulu, kenapa orang itu pendapatnya begitu. Ya, kita perlu melihat kondisinya terlebih dahulu. Kalau dia komentar A, kan wajar, dia kan bicara sebagai kader partai A. Dan seterusnya, itu soal perbedaan politik kok.

Tentunya, sebagai kader partai masing-masing, mereka punya tanggung jawab melakukan kerja kepartaian. Tugas kita, menghargai pendapatnya. Yang terpenting kan berlangsung dengan damai. Kalau kontestasinya sudah kelar, mereka semua mau berjabat tangan. Gitu aja kok repot.

Karena semua itu fitrah, perbedaan politik sampai kapanpun akan hadir. Mau?, kayak dulu lagi, fusi partai. Ndak kan?

Ya sudah, namanya juga negara demokrasi kepartaian, perbedaan politik sudah pasti ada. Tinggal bagaimana kita semua menyikapinya.

Yang bermasalah justru kadang simpatisan, cenderung melihat keadaan dengan dua penilaian, "benar dan salah." Slow aja. Nah, yang terpenting mari kita bareng-bareng menggiring agar pesta demokrasi lokal kali ini berjalan dengan damai. Itu saja.

Bukankah tujuan demokrasi itu adalah terciptanya kebebasan berekspresi? Kenapa kalau berbeda pendapat dianggap salah? Duh! Kalau ada orang dukung A, dukung B, atau dukung C kita hargai. Bukankah semua itu pilihan, dan pilihan itu hak asasi loh.

Kita nikmati saja pesta demokrasi lokal kali ini. Bersyukur karena ada banyak calon, dengan begitu rakyat punya banyak pilihan.

Sekarang, kita lihat, orang yang biasa duduk bersama, bercanda ria. Bahkan satu atap, mulai saling serang. Biasa kan? Kita hargai pendapat mereka, asal tak menyalahi norma yang ada. Toh, mereka bicara atas kader partai. Gitu aja kok repot.

Bukankah ini yang dari dulu diperjuangkan? Saat hak politik rakyat disandera oleh kekuasaan yang otoriter.

Nah, sekarang hak politik sudah bebas. Ayuk dijalani dengan riang gembira. Berkompetisi dengan damai dan saling menghargai antarsesama. Kenapa penting menghargai dan berdamai? Karena di atas politik ada kamanusiaan. Begitu, bukan?

Dengan begitu, setelah kotestasi ini usai, kita tetap berteman dan legowo menerima hasil. Tentunya, tanpa adanya dendam lagi. Oke, yuk berkompetisi secara damai, jadikan panggung politik sebagai "fastabiqul khoirot." Kalau begini, adem kan?

Karena politik mengatur hajat orang banyak. So, mari bicara apa yang akan dilakukan, jangan bicara yang orang lakukan. Karena membicarakan orang lain itu tak pernah selesai, selalu ada celah kesalahan untuk diperbincangkan. Bukankah begitu?

Nah, mending bicara apa yang akan kita lakukan. Jangan-jangan kita sendiri belum tahu apa yang mau kita lakukan. Jangan-jangan loh ya.

Intinya, mari kita rayakan perbedaan pilihan kali ini. Mari kita bicarakan kekurangan masing-masing, lalu bareng-bareng berbenah. Politik itu dinamis dan asyik. So, ndak perlu tegang menyikapinya. Otak harus menjadi kontrol atas otot.

Em, sekian dulu yah, intinya ayuk bareng-bareng merawat akal sehat biar kita bisa memaknai perbedaan politik sebagai suatu yang indah dan menyenangkan. []

No comments:

Powered by Blogger.