Satu Kado, Tiga Perayaan

Catatan Tentang Pembekuan PSSI

PADA bulan April 2015, ada tiga momen yang menarik perhatian publik. Pertama, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merayakan hari lahirnya yang ke-55. Momen bahagia tersebut dihadiri oleh orang nomor satu di Republik ini. Tidak hanya Jokowi, beberapa Menteri dan tokoh-tokoh penting juga terlihat menghadiri acara organisai yang identik dengan nama Mahbub Djunaidi.

Kedua, Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (KLB-PSSI). Kongres yang disambut lautan protes para Bonek mania 1927 itu akhirnya menetapkan La Nyalla Mattaliti sebagai ketua. Suara yang tersedia otomatis menjadi milik La Nyalla setelah beberapa lawannya memundurkan diri sebelum pemilihan dilakukan.

Ketiga, di bulan yang sama PSSI merayakan ulang tahunnya ke-83. Di momen bahagianya itu tentutnya PSSI berharap sepak bola Indonesia semakin baik dan selalu memberikan prestasi. Apalagi, sehari sebelumnya PSSI telah memilih ketua baru.

Yang membuat saya tertarik menuliskan ini adalah; pertama, ketiga momen itu identik dengan nama kota Surabaya. Mengagkat tema "Pembela Bangsa Penegak Agama" PMII merayakannya di Masjid Al-Akbar Surabya. Sebuah kota yang menjadi saksi sejarah kelahiran organisasi berlambang perisai tersebut. KLB-PSSI juga digelar di Surabaya, kota yang identik dengan klub sepak bola dengan pendukung fanatiknya, Bonek Mania. Tentunya, Ultah PSSI yang ke-83 tidak bisa lepas dari nama Surabaya juga. La Nyalla sebagai ketua terpilih dianggap sebagai otak pecahnya Persebaya. Hingga klub kebaggaan kota Surabaya tersebut tidak boleh berkompetisi di liga lantaran masih terjadi dualisme kepemimpinan. Wajar, jika pendukung klub berjuluk Bajol Ijo tersebut menolak terselenggaranya KLB-PSSI dan meminta Menpora agar membekukan PSSI.

Kedua, ketiga momen itu terjadi secara berurutan (tanggal 17, 18 dan 19 April 2015). Entah, ini kebetulan atau tidak. Pada tanggal 17 April 2015, PMII telah memasuki usia yang ke-55. Sehari setelahnya, PSSI menggelar KLB pada tanggal 18 April 2015. Selanjutnya, pada 19 April 2015 PSSI berada pada usia yang ke-83. Tentunya, ini menjadi hal yang menarik dan mampu menyita perhatian masyarakat Indonesia.

Ketiga, nama Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menjadi salah satu nama yang ada di ketiga momen tersebut. Oleh karenanya, banyak komentar publik terkait keputusan Kemenpora atas pembekuan PSSI dan mengambil alih perannya. Tak heran, jika keputusan tersebut dikaitkan dengan tiga momen penting tersebut.

Sebagai orang yang pernah mengeyam proses di PMII semasa menjadi mahasiswa. Tentunya, pada momen Harlah organisi yang membesarkannya tersebut Imam Nahrawi tidak bisa dilepaskan dari nama PMII. Tak heran, jika keputusan pembekuan atas PSSI dianggap sebagai kado Imam Nahrawi untuk PMII. Hal itu dianggap sebagai wujud kerja nyatanya untuk memperbaiki olahraga Indonesia, khususnya sepak bola.

Selanjutnya, sebagai orang yang dipercaya menaungi olahraga Indonesia. Imam Nahrawi tidak bisa dilepaskan dari olahraga paling bergengsi di jagad raya ini, sepak bola. Wajar, jika keputusan membekukan PSSI dianggap sebagai kado atas terpilihnya La Nyalla Mattaliti sebagai ketua PSSI versi KLB-PSSI yang digelar di Surabaya menggantikan ketua sebelumnya, Djohar Arifin.

Tak kalah menariknya, setelah KLB-PSSI terlaksana ternyata PSSI memasuki usianya yang ke-83. Alhasil pembekuan PSSI dianggap sebagai kado terbaik untuk parayaan ulang tahun PSSI. Keputusan tersebut dianggap kado terbaik karena akan mampu menyelamatkan persepakbolaan Indonesia dari campur tangan mafia. Saya rasa anggapan ini tidak berlebihan, buktinya para pecinta bola menyambut bahagia setelah jenuh dengan kondisi persepakbolaan negeri yang semakin kacau-balau, berantakan karena ulah "mafia bola."

Oleh karenanya, ucapan terima kasih kepada Imam Nahrawi datang silih berganti. Semoga ini menjadi awal baik untuk persepakbolaan kita dan selanjutnya bersih dari mafia-mafia bola. Serta menjadi contoh baik bagi kader-kader PMII seandainya kelak akan menjadi orang yang dipercaya masyarakat duduk di kursi pemerintahan.

Terakhir, perlu saya jelaskan bahwa tulisan ini lebih kepada guyonan saja. Tulisan ini dibuat sebagai bentuk eskpresi kebahagiaan semata. Artinya, tidak ada pernyataan resmi yang benar keluar terkait tulisan singkat ini. Jadi silahkan dibaca secara santai saja, sambil minum kopi atau yang lainnya. Karena tulisan ini diketik sambil menikmati secangkir kopi juga. []

No comments:

Powered by Blogger.