Pecundang di Kandang

El Clasico selalu menyajikan pertandingan yang mendebarkan. Duel klasik jilid pertama musim ini di gelar di kandang El Real, Santiago Bernabeu. Menempatkan Leo di bangku cadangan, Barcelona justru tampil garang. Kemenagan telak 4-0 atas Los Galaticos membuat Blagruana semakin kokoh di puncak klasemen sementara La Liga. Anak asuh Luis Enrique semakin menjauh dari rival abadinya. Di Bernabeu, para punggawa Madrid berjalan dengan muka lesu. Barcelona mempermalukan Madrid dihadapan publiknya sendiri. Beberapa hal menarik selalu terjadi ketika mempertemukan dua raksasa Spanyol di atas lapangan hijau.

Baiklah kita mulai dari Barcelona terlebih dahulu. Bagaimanapun, tim asal Catalan ini telah membuat tim ibu kota babak belur. Melihat permainan, Barca begitu nyaman melakukan umpan-umpan. Mengenakan ban kapten, Andres Iniesta menjadi kunci permainan. Sebagai pengatur serangan, gerakan Iniesta selalu menyulitkan Ronaldo dkk. Bersama Ivan Rakitic, Iniesta mampu menutup gerakan Toni Kross dan Luca Modric. Sampai akhirnya Ia melepaskan tendangan keras ke gawang Madrid. Bolapun bersarang, Keylor Navas dipaksa memungut bola ketiga kalinya dari gawangnya sendiri.

Atas penampilan apiknya, Iniesta menjadi pemain ketiga yang mendapat stunding applause dari supporter Madrid. Dua pemain sebelumnya yang mendapat stunding applause dari Madridistas di Bernabeu adalah Diego Armando Maradona saat mencetak gol indah ke gawang Madrid pada 26 Juni 1983. Selanjutnya adalah Ronaldino pada 19 November 2005. Saat itu Barcelona menang telak 3-0 tanpa balas, dua gol dicetak oleh Ronaldino. Inilah momen di mana Barcelona pulang dari Bernabeu dengan tepukan tangan.

Sorotan selanjutnya tertuju pada duo penyerang, Suarez dan Neymar. Duo asal Amerika Latin itu menampakkan ketajamannya dalam hal membobol gawang lawan. Terbukti, 3 dari 4 gol yang bersarang, lahir dari kaki keduanya (Suarez 2, Neymar 1). Konsistensinya dalam mencetak gol menjadi ancaman bagi siapapun yang berhadapan dengan Barca. Bernabeu menjadi korban terkahir kegarangan Suarez dan Neymar. Aksi keduanya mampu mempermalukan El Real di kandang.

Claudio Bravo, untuk penmain ini saya angkat topi secara imaginer. Penampilan apik di bawah mistar gawang membuat pemain Madrid kerepotan. Bravo tampil tanpa kesalahan, semua peluang Madrid dipatahkan oleh aksi-aksinya kerennya. Bahkan Ronaldo dan Benzema kehabisan akal untuk menyarangkan bola kegawangnya. Penampilan apiknya, membawa Barcelona pulang dari Bernabeu tanpa memberi kesempatan sebiji golpun bersarang di gawangnya. Pada pertandingan ini, man of the macth tidak berlebihan jika disandingkan kepada Bravo. Dia pantas mendapatkannya.

Dari komposisi pemain yang diturunkan Enrique mampu membuat Madrid kesulitan dan kacau balau. Strategi Enrique sangat mengejutkan. Pertama, ketika Sergi Roberto ditempatkan pada posisi ideal Messi yang biasanya itu diisi oleh Munir atau Sandro Ramirez. Strategi itu pun mampu membuat komunikasi bek Madrid kocar-kacir. Sergi Roberto mampu membuat kusulitan Madrid, barisan pemain belakang Madrid kehilangan fokus.

Seperti biasa, dua bek sayap, Jordi Alba dan Daniel Alves kerap kali membantu serangan melalui sisi lapangan. Kecepatan yang dimiliki keduanya membuat kontrol permainan di lini tengah Ivan Rakitic dan Sang Kapten semakin nyaman mengatur serangan.

Ketika Lionel Messi masuk menggatikan Rakitic, Roberto tetap pada posisi awal. Messi secara mengejutkan bermain di lini tengah. Baru setelah Sang Kapten, Adres Iniesta ditarik keluar digantikan Munir. Peraih Ballon D'Or 4 kali tersebut kembali pada posisi idealnya, sebagai gelandang serang dan bergerak bebas. Sedangkan Roberto bermain di lini tengah. Meski tak melahirkan gol diperputaran strategi ini, Madrid terlihat kesulitan dan barisannya berantakan. Setidaknya ini adalah kabar baik bagi Blaugrana. Come back-nya La Pulga akan mengembalikan ketajaman trio MSN kembali tersajikan di perebutan gelar La Liga musim ini.

Sebagai pelatih yang baru pertama kali merasakan duel klasik ini, Benitez sepertinya belum cukup taktik untuk membaca kelihaian Enrique sampai ke situ. Terbukti, permainan anak asuhnya dibuat kalang kabut oleh pergerakan para punggawa Barca. Presing para pemain Barca membuat punggawa Madrid sering kehilangan bola. Bahkan pelanggaran menjadi pilihan utama untuk menghentikan pergerakan Iniesta dkk. Kondisi fokus yang hilag akhirnya berbuah kartu merah, saat Isco melanggar Neymar dengan keras.

Jika mau belajar dari kekalahan ini dan masih dipercaya menjadi pelatih Madrid, menarik El Clasico jilid II akan tersaji. Tapi perlu diingat, pertandingan dua klub besar La Liga jilid II akan di gelar di Camp Nou, stadion angker bagi klub mana saja yang menyambanginya. Strategi yang akan diterapkan oleh Enrique pun jelas berbeda. Artinya, Benitez harus memeras otak untuk menemukan satrategi bagaimana menghentikan pergerakan pemain Barca, sebelum berpikir bagaiamana mencetak gol ke gawang Barca, karena itu tidaklah mudah. Selamat menunggu El Clasico jilid II di kandang Barcelona.

Terakhir, pada duel klasik kali ini, Barcelona bagaikan memiliki dua stadion. Sebagai stadion terbesar di Eropa, Camp Nou menjadi tempat Barca melakoni pertandingan. Sedangkan Bernabeu, dengan kemenangan 4 gol tanpa balas bagaikan stadion khusus yang digunakan Barcelona untuk sekedar latihan. Salam olahraga...!!! Famous La Liga, Visca Barca. []

No comments:

Powered by Blogger.