Spiritual Happiness

durspasi
SAAT sewarna jingga menampakkan keindahannya. Saya baru selesai mengikuti jam kuliah. Ketika hendak menaiki motor, suara wanita terdengar.

“Mas, bisa minta tolong?” ucap wanita berkerudung pink itu.

“Ya, kenapa Mbak?” saya segera meresponnya.

“Ini Mas, ini motorku starternya tiba-tiba ndak bias,” terangnya seraya melemparkan senyum.

“Oh, iya Mbak!” langsung kuraih motornya - mungkin Mbak itu tidak cukup tenaga untuk mengayunkan kakinya. Atau, karena barang bawaannya cukup banyak.

Terlihat tas plastik berwarna merah dan tas kulit yang dibawanya begitu membebaninya.

Sesaat setelahnya, setelah saya pancal untuk menghidupi motornya, saya pegangi barang bawaannya. Lalu kemudian, saya meminta Mbaknya untuk menaiki motornya kembali.

“Terima kasih Mas,” ucapnya sambil perlahan menaiki motornya. Saya taruh barang tersebut pada dusbox motornya.

“Terima kasih Mas,” ucapnya lagi.

Sambil mulai menarik gasnya untuk segera melaju, ia sempatkan menoleh cukup lama. Seraya tersenyum senang, ia masih menyempatkan mengucapkankan terima kasih yang ketiga kalinya.

“Terima kasih banyak lo Mas,” ucapnya lagi.

Lalu, wanita itupun melaju seperti menghindar dari ancaman hujan lebat. Dalam hati, saya bergumam.

Yang begini ini, dalam kitab suci rahmat disebut dengan spiritual happiness. Membantu orang lain dari kesusahan, setelah membantunya bukan capek yang melandanya. Tapi, rasa senang dan bahagia.”

Selepasnya, saya menoleh ke kanan dan kiri – laiknya kucing hendak mencuri ikan. Tidak ada orang di sekitar.

Saya tertawa sejanak, lalu saya minta tolong sama siapa? Hah, baru sadar kalau motornya sendiri malah mogok. []

No comments:

Powered by Blogger.