Smart Voters
![]() |
durspasi |
Pilkada adalah bagian dari proses demokrasi yang harus dikawal. Pilkada
sendiri merupakan arena seleksi pemimpin di level daerah. Karenanya, kita tidak
boleh acuh dan hanya (terbawa) fokus pada perebutan kursi orang nomer satu di
ibu kota saja.
Bagaimanapun, Pilkada Jakarta telah membuat kita semua jenuh, membuat
pilihan-pilihan politik hanya disandarkan pada kepentingan-kepentingan semata.
Untuk itu, kita harus menjadi smart
voters (pemilih cerdas) dalam upaya mengawal dan menjaga marwah demokrasi
lokal yang digelar secara serentak.
Kenyataan yang hadir, pilkada masih menyisakan beberapa persoalan dan
kendala sehingga menghambat proses demokrasi. Tentu kita tak ingin bersikap
naif. Kita berharap seleksi kepemimpinan di tingkat lokal nilainya menjadi lebih
subtansial.
Beberapa masalah yang menghambat jalannya demokrasi lokal akhir-akhir ini
adalah penggunaan isu SARA dalam setiap kampanye dan hanya berpijak pada
kepentingan pragmatis jangka pendek semata. Masalah selanjutnya adalah proses
seleksi pasangan calon yang masih berputar-putar di kalangan elite partai
tingkat pusat.
Dua hal di atas, kemudian membuat minimnya ruang komunikasi yang terjadi
antara pihak partai politik dan masyarakat. Dampaknya, demokrasi yang sejatinya
dari, oleh dan untuk rakyat justru dibonsai karena kendali penuh elite partai
tingkat pusat.
Sedang demokrasi lokal sendiri, sejatinya adalah menjaga kedaulatan pemilih
dalam mengawal akuntabilitas kebijakan di level daerah. Nah, menjadi smart voters adalah cara agar keterlibatan masyarakat mampu menjaga marwah demokrasi
lokal yang sudah lebih dari satu dekade berlangsung.
Dalam arti yang sederhana, smart
voters menjadikan kehadiran masyarakat tidak sekadar terlibat dalam pemasok
suara semata. Jauh melebihi itu, smart
voters adalah bentuk keterlibatan masyarakat sehingga mampu mewarnai proses
demokratisasi yang berlangsung.
Ya, smart voters selalu mendasarkan alasan-alasan rasional dan subyektif
dalam setiap pilihan politiknya. Artinya, kesadaran politik menjadi elemen
penting sehingga setiap pilihannya selalu didasarkan pada hati nuraninya.
Praktik politik uang harus dijauhi. Sedini mungkin masyarakat menolak
pemberian uang yang coba ditujukan agar memilih pasangan calon tertentu. Bahkan,
jika ada praktik demikian, masyarakat harus berani melaporkannya kepada badan
pengawas pemilu (Bawaslu) setempat.
Dengan demikian, menjadi smart voters berarti tidak asal memilih, bukan karena faktor suku, saudara dan lain
sebagainya. Setiap pilihan perlu didasarkan pada kriteria yang ada, semisal
bagaimana integritas calon pemimpin tersebut. Pilihan juga didasarkan pada
komitmennya dan dedikasinya dalam mengatasi berbagai masalah yang menimpa
masyarakat.
Sehingga, masyarkat tahu mana calon pemimpin yang visioner dan benar-benar
akan membawa perubahan lebih baik bagi daerahnya. Keterlibatan semacam ini
nantinya yang akan mampu menjaga keberlangsungan demokrasi lokal yang baik.
Selain itu, keterlibatan smart voters nantinya mampu memelihara proses demokrasi yang sesuai dengan yang
diamanahkan. Karena,
smart voters memahami secara baik makna politik berikut implikasinya terhadap kehidupan
bernegara dan bermasyarakat. Hak suaranya tidak akan dikasih secara asal-asalan
tapi dengan sekian pertimbangan dan alasan yang sudah matang.
Karenanya, kehadiran
smart voters dengan sendirinya akan mengubur pratik-praktik atau transaksi kotor dalam
dunia politik. Keberadaan
smart voters dengan tegas akan menolak dan enggan menjadi korban money politic.
Akhirnya,
smart voters menjadikan
elektabilitas calon kepala daerah sebagai pertimbangan utama dalam menentukan
pilihannya. Dengan adanya smart voters, pemimpin yang terpilih nantinya benar-benar berpihak pada rakyat.
Sekian catatan dari saya soal “smart
voters”, semoga bermanfaat. []
No comments:
Post a Comment