Saunesia, Sebuah Takdir Diplomatik?
![]() |
Bersama Agus Maftuh Abegebriel, Dubes Arab Saudi beberapa hari sebelum dilantik - durspasi |
KUNJUNGAN Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud
menjadi kunjungan pemimpin negara yang paling menyedot animo publik. Bagaimana tidak,
setelah berpuluh-puluh tahun, Raja Saudi Arabia itu baru berkenan kembali untuk
menginjakkan kakinya di Indonesia sebagaimana pernah dilakukan Raja sebelumnya.
Bahkan, agenda liburannya di Bali diperpanjang hingga 12 Maret, kemarin.
Terlepas
dari riuh gemuruh sambutan kenegaraan, aksesoris pribadi yang dibawa Raja
Salman, dan mungkin liburan elite yang digelar bersama 1500 rombongan, ada
beberapa hal menarik sebenarnya di balik semua itu.
Ya,
bagi saya pribadi, kunjungan Raja Salman tidak sekadar hubungan antar negara. Jika
melihat kondisi geopolitik yang ada, tentu ada kekuatan diplomasi hebat yang
terjadi hingga Raja Salman mau dijamu sama Presiden Indonesia, Jokowi.
Agus Maftuh Abegebriel
Beberapa
tahun yang lalu, saat saya membaca bukunya Abdurrahman Wahid alias Gus Dur “Islam Kosmopolitan”, saat
itu pulalah saya berkenalan dengan nama Agus Maftuh Abegebriel. Ya, dalam buku
tersebut, beliau yang menulis pengantarnya.
Baru setelah
itu, sekitar setahun kemudian, saya bisa mengikuti perkuliahannya selama satu
semester. Sungguh, kesempatan luar biasa bisa belajar sama beliau.
Singkat cerita, pertemuan terakhir saya dengan beliau terjadi beberapa hari sebelum beliau dilantik secara resmi menjadi Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Arab Saudi. Pertemuan itu terjadi saat reuni PMII Jogja angkatan 80-an dan 90-an di Gedung Asrama Haji Yogyakarta.
Singkat cerita, pertemuan terakhir saya dengan beliau terjadi beberapa hari sebelum beliau dilantik secara resmi menjadi Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Arab Saudi. Pertemuan itu terjadi saat reuni PMII Jogja angkatan 80-an dan 90-an di Gedung Asrama Haji Yogyakarta.
Ya, kunjungan
Raja Salman tak lepas dari peran beliau dalam melakukan diplomasi dengan Kerajaan
Arab Saudi. Terlepas dari apapun, standing uplause untuk beliau karena
telah mampu membuat Raja Salman tersenyum dan mau menikmati liburan di
Indonesia. Tentu saja ini bukan pekerjaan mudah, dan beliau telah melakukannya.
Bagaimanapun,
menembus lobi Kerajaan Arab Saudi membutuhkan seni diplomasi tersendiri. Dan,
Agus Maftuh berhasil mengolah seni diplomasi itu menjadi kunci dan membuat
tersenyum Raja Arab Saudi.
Meski
Agus Maftuh meyakini bahwa yang telah dicapai adalah takdir diplomasi. Tetap saja,
apapun itu, Jokowi tidak salah memilih beliau untuk bertugas di Arab Saudi. Kini,
tidak hanya persahabatan lama yang terajut kembali. Tapi, Indonesia merasakan
dampak luar biasa kunjungan Raja Salman, termasuk dampak ekonomi.
Saudi-Indonesia
Saunesia
(Saudi-Indonesia, red.) merupakan
bahasa yang sedari awal beliau dilantik sudah digemakan. Saunesia merupakan
misi beliau untuk mengakrabkan kembali Saudi dan Indonesia. Hingga akhirnya,
Saunesia itu benar terwujud. Indonesia kadatangan tamu besar, Raja Salman bin
Abdulaziz Al Saud.
Diceritakan,
Saunesia merupakan perpaduan kerja sama apik antara Dubes kedua negara
tersebut, Agus Maftuh Abegebriel dan Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi. Dubes
Arab Saudi untuk Indonesia, Osama, merupakan orang kedua yang mampu memuluskan
seni diplomasi Agus Maftuh.
Ya,
kesamaan gaya diplomasi keduanya mampu meluluhkan hati Raja Salman. Kedua orang
tersebutlah di balik keberhasilan poros baru bernama Poros Saunesia (Saudi dan
Indonesia). Kerja keras kedua Dubes itu akhirnya membuktikan perkataannya tersebut, nahnu safaros Saunesia.
Tidak
hanya itu, Agus Maftuh dan Osama memiliki banyak kesamaan, terlepas itu hanya
kebetulan. “Kami berdua punya takdir yang sama, punya istri dengan nama yang
sama, dan punya mertua dengan nama yang sama, kebetulan. Saya yakin ini adalah
tangan-tangan Allah SWT untuk mempermudah diplomasi Indonesia-Saudi untuk sebuah
tujuan besar, kemaslahatan umat,” kata Agus Maftuh.
1 comment:
A
Post a Comment