Ramadan, Bulan Kasih Sayang

durspasi
PUASA Ramadan adalah ibadah istimewa bagi umat Islam. Di dalamnya terkandung jamak hikmah dan kebajikan. Karenanya, puasa merupakan rangkaian dari ibadah personal, sosial, dan spiritual. Selain kesalehan personal yang hendak dicapai, puasa merupakan sarana bagaimana seseorang mampu meraih kesalehan sosial.

Dalam puasa, sebagaimana Islam anjurkan, bahwa puasa itu menahan diri. Menahan diri yang dimaksut bukanlah sekadar menahan rasa lapar dan haus yang mencekik. Tapi, menahan segala bentuk kesenangan duniawi. Puasa harus menjadi momentum seseorang untuk mengalahkan dirinya sendiri.

Mengalahkan diri adalah upaya mengendalikan diri dari penguasaan nafsunya. Dengan mengalahkan diri sendiri, seseorang akan memiliki kepekaan batin lantaran hatinya sudah bersih karena telah mampu mengendalikan dirinya sendiri. Artinya, seseorang yang berpuasa dan sukses mengalahkan dirinya sendiri berarti ia telah menggapai puasa sebagai ibadah personal. Puasa sebagai jalan ibadah untuk mencapai kesalehan individual.

Kemudian, dalam ibadah puasa, Islam menganjurkan untuk memperbanyak bederma. Bulan Ramadan semestinya menjadi bulan kepedulian sosial. Bahkan, dipenghujung puasa, Islam memerintahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah. Karena, amal ibadah puasa tidak akan sampai kepada Allah jika zakat fitrah belum ditunaikan.

Anjuran bederma dan perintah zakat menegaskan bahwa, Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang terhadap sesama. Puasa Ramadan melatih kita untuk menjadi manusia yang bermental pemberi, bukan penerima. Puasa mengajarkan kita semua untuk ringan tangan, berbagi dengan sesama yang lebih membutuhkan.

Ibadah spiritual merupakan puncak di mana orang yang berpuasa dianjurkan untuk beribadah, baik yang bersifat wajib atau sunnah. Orang yang berpuasa juga dianjurkan memperbanyak membaca ayat suci Alquran dan mengingat Tuhan (dzikir). Melalui ibadah spiritual inilah seorang hamba medekatkan diri kepada Allah, taqorrub ilallah.

Semangat Ramadan
Dari pemaparan di atas, ada satu kata kunci yang menarik, yakni puasa dalam Islam begitu menggenggam kuat semangat toleransi. Sebagai agama kasih sayang, Islam mengajarkan bagaimana menghargai sesama, termasuk orang yang tidak berkewajiban menunaikan puasa.

Karenanya, Ramadan harus menjadi bulan yang menyenangkan, di mana orang yang berpuasa mampu menghargai yang tidak puasa. Bagaimanapun, keberagaman adalah sunnatullah yang harus dijaga. Ramadan menjadi momentum bahwa Islam menghendaki perbedaan. Menahan diri yang dianjurkan itulah kemudian yang akan membuat kita sadar bahwa puasa mengandung energi untuk saling menghargai sesama ciptaan Tuhan. 

Sebagai bulan yang teramat istimewa, Ramadan semestinya diisi dengan rangkaian aktivitas yang baik-baik dan produktif. Artinya, daripada mempersoalkan orang lain yang tidak puasa, alangkah baiknya mengisi waktu Ramadan dengan hal-hal positif dan menyenagkan. Ramadan harus kita maknai sebagai bulan yang penuh gairah dalam menebar kebaikan.

Jika yang demikian kita lalui dengan seksama, kesalehan individual dan kesalehan sosial mampu kita raih secara bersamaan. Ibadah puasa yang kita jalani tidak hanya memberi manfaat bagi diri sendiri, melainkan juga bermanfaat bagi sesama.

Dengan demikian, puasa Ramadan adalah upaya hamba untuk mendapat ridla Tuhan-nya. Puasa adalah upaya mengorelasikan hablum minallah (hubungan personal dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan sosial antar sesama) secara seimbang. Hal demikian dikuatkan, bahwa ibadah syar’iyah tidak akan diterima jika ibadah ta’amuliyah tidak benar. Dengan kata lain, ibadah formal yang melibatkan kita dengan Tuhan (hablum minallah) tergantung dengan ibadah sosial kita (hablum minannas).

Karenanya, orang yang berpuasa sudah semestinya menjauhi setiap konflik. Sebagaimana tujuan asasi dari berpuasa, menghancurkan syahwat dan mengubah nafsu amarah menjadi nafsu mutma’innah. Artinya, ibadah puasa yang kita jalani membawa kita pada kehidupan dalam kesederhanaan. Setiap arah yang dituntun oleh nafsu, kita mampu mengendalikannya.

Pada akhirnya, orang yang berpuasa sesungguhnya melanjutkan kasih sayang Allah dan Rasul terhadap sesama. Hal sederharna adalah dengan berbagi sebagaimana dianjurkan. Sehingga, puasa yang kita jalani memberi energi positif kepada orang lain, termasuk yang tidak diwajibkannya puasa.

Dengan demikian, puasa tidak hanya membuat kita saleh secara individual, namun juga saleh secara sosial. Dan, tentu saja akan saleh secara spritual. Sebagaimana disampaikan di awal, puasa bukan persoalan menahan rasa haus dan lapar. Tapi, puasa adalah serangkaian ibadah yang mencakup nilai personal, sosial, dan spiritual. [durspasi

No comments:

Powered by Blogger.